Kumandang takbir sayup - sayup ku dengar dari segala pelosok...sekeliling rumah sudah mulai ramai dengan anak – anak maupun remaja masjid yang akan mengadakan takbir keliling.... ku lihat mereka begitu bersemangat. Tawa mereka, teriakan mereka, begitu asing sekali kudengar. Jauh dari segala hiruk pikuk di tempat kerjaku yang penat, panas, penuh dengan emosi dan sewenang-wenang. Kota yang kejam setelah Jakarta. Disini kudapatkan suasana kekeluargaan yang masih kental, hijau pohon yang masih dapat membuatku kagum dipagi hari, tata krama yang masih dijunjung tinggi dan ketenangan yang hanya kudapatkan ditempat ini. Tempat dimana aku lahir, beranjak dewasa, mengenyam pendidikan dan mendapatkan kasih sayang yang sangat banyak dari mereka. Yach,...mereka yang kusebut dengan keluargaku.
Page itu ada yang berbeda dari biasanya. Bukan karena harus bangun pagi – pagi benar agar dapat menjalankan shalat Idul Fitri, tetapi lebih karena harus sedikit repot dengan kehadiran si kecil yang merengek setiap bangun tidur. Apa lagi ketika tidak didapati sosok Ayah disampingnya saat dia pertama kali membuka mata dari tidurnya yang lelap. Kami begitu sibuk pagi itu. Setelah menjalankan shalat Idul Fitri aq segera bergegas pulang. Melakukan ritual yang stiap tahun ku lakukan. Meminta maaf kepada Ayah, ibu dan seluruh keluargaku. Aku masih menganggapnya sama seperti tahun – tahun sebelumnya.
Sampai ada sesuatu yang berbeda yang kurasakan kali ini....entah perasaan apa ini. Aku belum pernah merasakannya disini,...di hatiku. Melihat sosok ibu yang semakin rapuh,...sikecil adikku yang mulai aktif dengan segala tingkahnya, dan kenyataan dari umur yang telah membayangi sosok ayah yang paling ku sayangi. Beliau tidak lagi muda, tidak lagi kuat menahan segala bebannya yang ku tak tahu sampai kapan beliau masih sanggup tersenyum untuk menutupinya dariku. Ada perasaan sangat bersalah yang memenuhi pikiranku saat ini. Dan air mata ini pun harus jatuh menahan sesak. Mereka membutuhkanku dan mereka tidak pernah mengeluh sedikitpun padaku. Mengapa harus begitu lama aku baru menyadarinya. Menyadari betapa mereka menyayangiku. Betapa mereka membutuhkaknku untuk sekedar meringankan sedikit beban mereka.
Berapa lama waktu yang telah kusia – siakan untuk menyadari semua ini,... selama ini pikiran-pikiranku di doktrin oleh kekurangan – kekurangan sikap mereka terhadapku. Aku hanya mencari dan selalu mencari apa yang tidak ku dapatkan dan membandingkan dengan yang lain. Berapa lama waktu yang ku buang percuma hanya untuk mengetahui mereka menyayangiku dengan cara mereka. Dan Allah telah memilihku untuk sesuatu yang lebih baik, lebih indah untuk keluargaku. Betapa sifat kekanak-kanakanku masih melekat selama ini. Keegoisan yang tidak kunjung ku redam. Dan akhirnya harus terporak porandakan dengan kenyataan yang membuatku seakan menjadi manusia yang paling tidak berguna. Kenapa aku begitu bodoh, hingga Allah harus menegurku berulang kali agar aku tersadar dari kesombonganku.
Aku mulai berfikir positif setelah hari itu, saat Allah membukakan mata batinku. Aku mulai memandang keluargaku dari sisi yang berbeda. Sisi yang membuatku sangat bahagia dari sebelumnya. Aku mencintai mereka semua. Dan mereka sungguh luar biasa sangat baik terhadapku. Sikap yang rasanya belum pernah ku dapatkan sebelumnya. Sikap yang membuatku merasakan mempunyai kelaurga yang utuh dan terbaik di dunia ini. Allah Maha Pengasih dan Penyayang. Aku tau apa yang ku alami selama ini, semua takdir-Mu yang Engkau pilihkan dengan indah untukku, keluargaku dan mereka yang kusayang. Dan kembali dekat dengan Mu merupakan hadiah tambahan yang sangat bernilai harganya. Aku bersyukur, Engkau menyayangiku dan seluruh umat manusia di dunia ini. Engkau lah segala kekuatan dan Yang Maha Agung. Ya Allah, selalu tuntun aku dengan ridhomu. Ya Allah kutitipkan mereka Kepada-Mu saat aku dengan keterbatasanku untuk menjaga mereka. Sayangi mereka dan selalu berikan kebahagiaan kepada mereka, orang – orang yang kusayangi dan kepadaku. Amin....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar